LARASHATI & AWAN
Kisah ku ini tak
berujung.. hingga membuatku tak pernah berakhir yang tak memilukan. Telah lama
ku alami kelaraan hati.. yang aku ingin melupakannya. Mereka mudah datang
ataupun kembali. Tapi bagiku hanya satu yang tak mungkin kembali.. .
Namaku
Larashati, aku pernah bersekolah di SMAN 84. Ketika itu di usiaku yang masih
belia dengan sikapku yang cuek karena aku menganggap semua orang meremehkanku,minder
karena aku menganggap semua orang jijik melihat wajahku yang buruk dan angkuh
karena aku selalu menutupi kekuranganku. Mungkin karna itu aku dipanggil
teman-temanku ‘Lara’. Mungkin menurut mereka aku ini orang yang susah hati,
walaupun awalnya aku tidak tahu dan tidak mau tahu dengan pernyataan itu. Di
masa ini aku masih belum tahu mana yang tulus dan tidak. Kamu paham gak dengan
kata TULUS?
Mungkin aku sering
mengucapkannya,tapi sesungguhnya aku masih belum mengerti arti kata dari
‘tulus’. Aku dengar dari mereka,tulus itu suatu kejujuran,kelurusan,kesucian,ikhlas,murni
dan tak palsu. Kesimpulan ku,tulus ialah suatu sikap yang tidak nampak namun
dapat dirasakan. Seperti satu orang yang
ku kenal,yang selama ini memberikan segala ketulusannya untuk semua
orang.
Lambat laun, ada
seseorang yang inginkan aku berubah. Namanya Lipur Lara, atau yang biasa
dipanggil dengan nama ‘Awan’ beda jauh dari nama aslinya,tapi menurut mereka Lipur
orang yang baik hati dan dermawan. Sehingga mereka memanggil Lipur dengan nama
Awan semenjak SD. Mungkin bagi mereka nama Lipur memang terasa aneh dan antik.
Jadi mereka menyebut nama Awan yang maksudnya ialah..
Awan.. yang membuat
gersang menjadi rimbun,hujan dikala api menyala, dan membuat orang berhati
damai,sejuk,nyaman karenanya. Mungkin juga membuat seseorang mengingat kembali
tentang kenangan. tapi yang baru ku sadari saat itu ialah arti namanya.. Lipur
Lara (penghibur hati yang duka),mungkin itu sebab orang tuanya memberikan nama
tersebut. Apa aku terlalu menyedihkan sehingga muncul sosok yang bisa meleburkan
kesedihan itu.. walaupun ternyata kesedihan itu tiada henti.
Dia sepantaran denganku hanya penempatan
kelas kita saja yang berbeda. Aku berada di kelas 12ipa3, dan dia di kelas
12ipa1. Walaupun kita tidak satu kelas tapi kita sering bertemu karena kelas
kita yang sederet dan berdekatan. Awalnya aku selalu cuek dengan semua
orang,aku tidak perduli apa yang mereka lakukan, aku tetap menjalani
hari-hariku sendiri dengan duniaku sendiri. Apa aku salah jadi diriku sendiri?
Mungkin aku terlalu egois pada diriku.
Suatu hari di
kantin Sekolah, aku memberanikan diri untuk keluar kelas dan mencoba bersosialisasi
dengan lingkungan sekolah. Karena setelah sekian lamanya menunggu,aku telah
menanti wajahku yang semakin lama terlihat bersih dan bekas-bekas jerawat yang
semakin memudar. Saat itu sangat ramai siswa-siswi mengantri beli makanan, aku
pun salah satunya. Antrianku sampai menutupi jalan orang untuk masuk ataupun
keluar kantin, saking padatnya suasana itu, tiba-tiba dari arah samping kiriku
ada sekelompok anak laki-laki mengatakan
“hei minggir!
Kita mau lewat dulu..”
Aku tidak
menanggapinya,aku sibuk memainkan tabletku. Tiba-tiba salah satu bagian dari
mereka mengatakan
“lu itu manis,
tapi kok tuli sih?!?”
Saat itu emosiku
semakin melonjak,di kala terik matahari yang panas,harus mengantri pada jam
istirahat,apiku mulai bergejolak hingga aku melontarkan kata
“Gue tau gue
jelek, lo kalo hina gue ngomong aja gak usah nyindir gue!”
Aku meninggalkan
antrian lalu menuju ke kelas dengan air mata yang mengalir di pipiku. Mungkin
aku terlalu kuper (kurang pergaulan) atau minder. Tapi dari dulu,aku memang tak
pernah merasa sebahagia mereka yang memiliki paras cantik,kaya atau pintar. Aku
selalu menutupi kekuranganku yang nyatanya malah membuatku semakin sakit di
jiwa. Aku duduk di tempat dudukku sendirian tanpa seorang pun yang menemani.
Aku merenungkan
sikapku tadi dan mengingat kembali pada masa laluku yang kelam. Karena sewaktu
kelas 10, pertama kalinya wajahku terkena alergi dan berjerawat nanah. Seseorang
yang ku kagumi,ia satu kelas denganku. Semenjak wajahku buruk, ia mengejek dibelakangku
tanpa ku ketahui. Teman laki-laki dekatnya yang cukup baik denganku mengatakan
“pas pertama
kali kita lihat wajahmu.. dia bilang ‘wajah si Laras kok kayak anjing’ sabar ya
Laras.. mending jangan suka sama dia lagi..”
Mungkin
kedengarannya sepele,walaupun tidak secara langsung ia katakan padaku,tapi
sungguh itu masih menjadi luka hingga kini. Namun aku tidak pernah
mempermasalahkannya,aku hanya bisa menghindar agar dia tidak menatap atau jijik
dengan wajahku. Aku juga telah memaafkannya dari awal dan menyerahkan segala
keadilan kepada Tuhan yang maha Esa. Seusai dari kantin,murid-murid kelas 12
yang akan kembali ke kelas pasti akan melewati kelasku terlebih dahulu. Awan
pun melihat kelasku juga ia memandangku, mengetahui hal itu aku membalikkan
dudukku sehingga aku membelakangi pandangannya. Sekilas aku melihat ekspresi
wajahnya yang penasaran,mungkin dia terkejut berinteraksi dengan gadis aneh
sepertiku.
Aku kira dia
anak baru di Sekolah. Heran ku, mengapa semua teman-teman banyak yang kenal
dengannya dan mereka semua terlihat sudah lama saling tahu dan akrab sekali
dengan Awan.
Ternyata sewaktu
kelas 10, Awan sekolah disini,tapi kelas 11 dia pindah sekolah. Aku dengar
waktu itu dia sedang mengikuti tempat dimana pekerjaan ayahnya berada. Dan
ketika kelas 12 ia kembali bersekolah disini. Kenapa aku sampai tidak mengenali
Awan, karena semenjak di kelas 10 wajahku terkena alergi yang menyebabkan
tumbuh banyak jerawat bernanah sehingga aku selalu minder dan malu menatap
dunia luar. Jadi aku selalu berada didalam kelas dan keluar kelas hanya
seperlunya saja.
Awan selalu dekat dengan siapapun,baik
guru-guru,ibu-ibu kantin,satpam,pak bon, dan menurutku semua orang yang dia
temui pasti akan di ramahinya. Bagiku Awan orang yang cerdas,tampan, rendah
hati dan memiliki kepribadian yang sangat sempurna sehingga dia selalu
disayangi oleh semua orang. Tapi sampai saat ini,aku masih belum menyangka Awan
yang sesungguhnya.
Senin, upacara
pagi di lapangan Sekolah. Sialnya saat itu aku lupa tidak membawa topi
sekolah,jadi aku harus dijemur tepat dihadapan matahari. Tiba-tiba dari
belakang ada seseorang yang menyentuh bahuku dan mengatakan
“pakai topi ini
dulu..!”
Karena terik
matahari terus menyambar mukaku hingga kusut dan aku hampir pingsan,aku pun
bergegas mengambil topi itu dan berbaris ditempat yang dingin. Setelah upacara
selesai,aku mencari siapa sosok pemilik topi itu. Karena tadi aku tidak sempat
untuk menatap sosok baik itu. Ketika aku mencarinya tiba-tiba dari samping
kananku ada seseorang yang berbicara padaku
“sini
kembaliin!”
“apa?”
“topiku
kembaliin..! senin depan jangan lupa bawa topi ya..!”
“haa??”
mengangaku sambil menatapnya
Aku pun
menyerahkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Terkejutnya aku dan bodohnya
aku bersikap seperti itu. Seharusnya aku tetap cuek dan berwajah cemberut
seperti biasanya. Mulai dari sinilah aku dan Awan jadi bahan jahilnya anak
Sekolah. Awalnya Almas yaitu sahabat Awan sejak kecil. Dia,Sari dan beberapa
teman-teman menyaksikan apa yang baru saja aku dan Awan lakukan lalu ia
memprovokasikan kepada teman-teman yang saat itu sedang berlalulalang
“cie.. cie..
kayaknya si Lara bakal di lipurin sama Awan nih..”
Mereka pun
terlihat seperti mendukung omongan Almas, dan ketika aku melihat sikap Awan
saat itu ia terlihat senang dan tersenyum manis. Sudah gila..!! semuanya
seperti merendahkanku. Aku bergegas pergi meninggalkan situasi itu dengan mataku
yang berkaca-kaca,rasanya aku ingin menangis kencang karena tidak sanggup menjalani
hidup yang sepedih ini. Aku jelek,sedikit gemuk,pendek,tidak cantik seperti ini
mana mungkin aku bersanding dengan Awan yang bentuknya seperti aktor korea itu.
Aku juga tahu kalau
Awan pernah LDRan dengan Sari,teman satu kelasnya sejak kelas 10 sampai kelas
12. Dia cantik,berkulit kuning langsat,manis,imut. Tapi setahuku dari pembicaraan
anak Sekolah,mereka putus sewaktu di akhir kelas 11,karena si Sari pacaran sama
anak kelas 12ips2 yang katanya sih sudah lama disukai sama Sari.
Anak kelas
12ips2 itu namanya Nico,dia itu memang kece sih dan pas dengan bentuknya Sari
yang tinggi. Kalau Awan badannya gak tinggi banget, pendek tapi yang sedengan.
Semakin hari hubungan ku dengan Awan semakin terkuap di Sekolah, sehingga aku
semakin salah tingkah dan tidak nyaman dengan Sekolah. Tapi Awan terlihat biasa
saja dan selalu senyum di kesehariannya. Mungkin Awan menganggapku biasa saja
dan hanya kasihan kepadaku karena aku selalu minder di keseharianku.
Hari-hari pun
aku lewati,seperti biasanya aku dan Awan terjebak friendzone. Namun kita
menjalaninya dengan santai dan pasrah,entah sampai kapan friendzone ini
berakhir yang nyatanya hingga kini selalu kurindukan.
Saat itu ketika
pulang Sekolah, aku terlambat keluar kelas karena aku masih mencatat materi
biologi yang belum sempat aku salin, hingga sekolah terasa sepi dan terlihat
hanya aku saja yang berada di area Sekolah dan beberapa anak Osis yang masih
menyibukkan diri. Tiba-tiba suara petir mengagetkanku, aku segera berkemas-kemas
pulang karena Awan akan berkumpul dan menangisi area sekolah dan sekitarnya.
Aku terlambat lagi, hujan semakin deras diluar,akupun berteduh di pinggir
gerbang sekolah. Tak ku sangka sosok itu datang tepat berada disampingku ikut
berteduh. Aku terheran dan di saat aku masih malas untuk berbicara atau
berinteraksi dengannya karena kecanggunganku. Aku coba langkahkan kaki dan
menerjang hujan, lalu ia menarik tanganku dan berkata
“jangan pergi!
Ini masih hujan..”
“apaan sih..”
“Suatu saat kamu
akan memahami kedatangan hujan.. kamu bisa sakit karna hujan.. kamu juga bisa
bahagia karena hujan!”
Lalu Awan pergi
berlari menerjang hujan,entah kemana arahnya. Aku pun bisa menetap berteduh
lagi. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa seplastik teh hangat,aku menatapinya.
Ia memberikan minuman itu kepadaku,karena aku merasa kedinginan,aku pun
meminumnya. Setelah itu aku mendengar suara petir yang keras dan mengejutkanku
lagi, spontan aku menyembunyikan wajahku di balik bahu Awan. Reflek awan memegang
tanganku untuk melindungi dan menguatkanku. Sampai saat ini aku masih menyesal,
menelambatkan letak hatiku.
Keesokan harinya
di kantin Sekolah. Langkahku menuju ke ibu jualan roti bakar,karena aku suka
sekali dengan roti bakar rasa keju. Aku sering membelinya,tapi kali ini ada
sesuatu yang berbeda. Awan ada disampingku dan ternyata ia juga suka dengan
keju. Kita pun membelinya bersama. Saking canggungnya suasana itu,kita sampai
lupa membayarnya. Tapi diam-diam, Awan mendatangi ibu kantin untuk membayar rotinya
dan rotiku. Betapa canggungnya aku sambil memegang uang yang akan aku bayar. Ia
pun mengatakan
“nggak usah malu
kayak gitu.. los aja.. kan lain kali bisa kamu yang traktir”
Dengan sikapnya
yang dewasa serta senyum manis ditambah sedikit gurauannya, aku hanya bisa
tersenyum menatap ke arah bawah. Karena aku malu jika menatap wajah apalagi
matanya yang akan membunuh dan melelehkanku. Kenyataannya kini,aku ingin selalu
menatap wajahnya bahkan matanya sampai aku terbunuh pun setidaknya aku bahagia
ketika itu.
Waktu itu aku
sedang duduk ditaman depan kelas,aku belajar memahami materi sebelum ulangan
dilaksanakan. Dia pun datang mendekatiku sambil membawa dua lembar kertas
fotokopian. Lalu ia duduk disampingku,ia mengatakan
“kemarin aku
sudah ulangan bab ini.. rangkuman ku banyak yang keluar pas itu, kamu bawa dulu
aja..” ditambah senyumnya yang menawan
Dengan penuh
rasa canggungku menjawab
“eeh..oh.. iya
makasih..” aku takberani menatap wajahnya dengan jelas
Lalu ia
memberiku petuah
“anak remaja
kayak kita ini jangan malah males belajar, tingkatin belajarnya.. supaya nanti
masa depannya bertingkat..”
“bertingkat??”
dengan pemikiran lemotku
“iya.. maksudnya
itu kehidupan selanjutnya jadi semakin baik,semakin baik dan semakin baik”
Aku
menganggukkan kepala,ia pun mengajariku beberapa hal dari materi itu. Seusai
ulangan dapat langsung melihat nilai,aku pun tidak remidi, hal ini tidak seperti
biasanya. Dari sinilah ku temukan suatu motivasi hidup. Seseorang bisa
mempengaruhi kehidupan kita,meski itu baik maupun buruk. Semenjak adanya dia
memasuki kehidupanku,banyak perubahan baik dalam diriku. Aku sudah jarang
minder,selalu senyum tidak cemberut seperti biasanya,menghargai orang
lain,peduli dan memberikan kasih sayang terhadap sesama, juga selalu semangat
belajar hingga kini dan seterusnya agar kehidupanku bertingkat dan dapat
membuktikan padanya kelak. Belajar tidak hanya pelajaran,tapi juga kehidupan
yang pedih ini.
Beberapa hari
kemudian,penyakit tifusku kambuh hingga aku harus opname di rumah sakit,aku tak
menyangka ia datang menjengukku dan memberi roti bakar keju kesukaanku dan
kesukaannya. Sampai aku pulih dan dapat bersekolah kembali, Awan selalu memberiku
semangat hidup. Ketika aku baru masuk di depan pintu kelas,tiba-tiba Awan dan
teman-teman semua mengucapkan
“welcome back to
school Larashati..!!”
Aku pun terharu
bahagia, baru kali ini mereka mau memanggil nama asliku
Namun anehnya,ketika
aku ingin mendekati Awan dan teman-teman, Sari dan Almas yang ikut bahagia
seperti Awan,tiba-tiba membalikkan tubuhku dan mengajakku jauh dari kelas. Sikap
mereka begitu aneh, ketika aku memaksa untuk kembali ke kelas, kelas menjadi
sepi dan sunyi. Aku masih mencari keberadaan Awan. Ketika aku masih mencarinya,
Awan bbm aku
Lipur Lara
Laras,selamat
belajar kembali. Maaf aku buru2 pulang karna ada acara keluarga mendadak. Have
fun and fighting!
Aku
membacanya dengan senyuman yang tak terarah,akupun membalas chatnya
Larashati
Iya Awan, kamu
hati2 yaaa J makasih banyaak
Perasaanku
jadi tenang kalau ternyata Awan baik-baik saja.
Akhir-akhir ini
Awan sering menghubungiku,ia selalu mengirim sms untukku dengan sejuta
perhatiannya. Aku jadi takut salah mengartikan ini semua tapi aku merasa sangat
bahagia. Awan selalu memberiku saran dan petuah lewat sms, salah satunya
‘ Pulang sekolah
jangan lupa cuci muka. Sering-sering cuci wajah supaya bersih dan gak ada
bakteri biar makin cantik :) jangan minder!! Aku serius’
‘kamu gak perlu ragu melakukan kebaikan, niat
baik itu berarti kamu cantik’
‘jangan minder
ngliat cewe2 cantik kayak Miranda yang kulitnya putih karna dia keturunan
cina,Syifa yang hidungnya mancung karna dia keturunan arab. Bersyukur kamu punya
mata,hidung bahkan kulit hehe’
‘wajahnya sudah
dikasih krim pengobatan belum? Cepet pakai gih biar cepet sembuh ;)’
Wanita mana yang
hatinya tidak ngefly dengan pembicaraan lelaki yang seperti itu. Walaupun semua
perhatiannya hanya tertuang melalui seutai pesan tapi ketika kita
bertemu,ternyata ia masih tetap sama perhatiannya. Ketika jam istirahat kedua
pukul 12.00 waktunya ibadah sholat dhuhur,ia pun mengingatkanku
“kamu ngga
sholat ta?”
“aku sholat
kok..”
Dia tersenyum
padaku, lalu ia membenahi rambutku ketika rambutku menyentuh bagian wajahku
yang ada jerawatnya. Dia memegang rambut dan wajahku sambil tersenyum, dia
sungguh mengerti keadaanku saat itu. Dan entah mengapa, Almas dan teman-teman
yang lainnya tidak berulah menggojlokiku dengan Awan lagi. Tapi mereka seperti
berpura-pura tidak tahu dengan sikap kesalah tingkahan mereka. Seperti
pura-pura menyiram tanaman yang ada disekelilingku dan Awan, pura-pura cuci
tangan di wastafel dekat aku dan Awan, padahal mereka melihat kedekatanku
dengan Awan yang sangat nampak. Lalu Awan pergi bergegas ke masjid Sekolah.
Sari yang melihat kedekatanku dengan Awan,ia mendekatiku dan berkata
“pasti rasanya
seneng banget ya.. ada Awan di kehidupan kita”
“Sari, maaf ya..
tapi aku sama Awan..”
“aku ngerti kok,
aku Cuma mau ngomong.. jangan sia siain waktumu sama Awan. Kalian harus saling
mendukung satu sama lain karna waktu siapa yang tahu kapan akan berhenti.. ya
kan??”
Aku hanya bisa
menganggukan kepalaku,kenapa terasa dramatis sekali kisah yang ku jalani ini.
Ketika aku
berulang tahun yang ke 18, tiba-tiba ada seseorang datang di depan pagar
rumahku sambil membawa kado berbentuk candy dan ia berkata
“special for
you.. ”
Dengan
kecanggunganku dan ketidaksanggupanku menatap matanya,akupun segera mengambil
kado itu dan berjabat tangan dengannya. Baru kali ini aku menyentuh tangannya
yang lembut itu. Lalu aku memberinya gantungan berbahan manik-manik berbentuk
pola Awan. Aku membuatnya sendiri meskipun minta diajarkan oleh pamanku yang seni
dengan hal itu. Ia pun terlihat sangat senang,bahkan ia mengenakan gantungan
itu untuk menghiasi handphonenya yang selalu ia bawa kemanapun, tapi ia
buru-buru pulang. Walaupun aku tahu dia anak orang yang cukup kaya,tapi ia
selalu rendah hati, itu hal utama yang ku pelajari darinya. Entah mengapa adanya
dirimu di kehidupanku,dari semua kebaikan yang telah kau beri malah membuatku
semakin terluka.
Setelah aku buka
kadonya,ia memberikanku boneka mungil warna pink,berdasi yang membawa bantal
berbentuk ‘love’ yang bertuliskan ‘i love you’. Aku terkejut,mengapa ia mengado
boneka itu. Tak lama kemudian dia sms aku
“Happy birthday
ya :)”
Aku pun
menjawabnya dengan serius
“boneka ily??
Maksudnya apa ya???”
“mungkin i love
you”
aku pura-pura berespon bingung, karena aku
ingin meyakinkan sesuatu
“mungkin apasih..
jelasin!!”
“kamu kan udah
tau sendiri, gak usah dijelasin ntar aku malu”
“payah..”
“love.. i love
you”
Sebenarnya aku sedikit terkejut
dengan pernyataan ini, tapi inilah momen kejujuranku
“ilytoo”
Mungkin dikehidupanku,bukan tujuh
belas tahun yang termanis. Tapi delapan belas tahun-lah yang paling manis dan
terindah. Ungkapan ini terjadi ketika lulus SMA. Aku dan Awan serasa LDRan tapi
hubungan kita belum ditentukan,nyatanya kita hanya mengungkapkan perasaan
saling suka. Aku akan kuliah di Surabaya, dan kabarnya Awan kuliah di Bogor.
Namun mengapa tiba-tiba ia menghilang, aku lost contact dengannya. Tapi aku
selalu berusaha mencari dimana keberadaan Awan,untuk memastikan bahwa dia akan
selalu baik-baik saja sehingga aku jauh lebih tenang. Beribu kali ku coba
meneleponnya,berjuta kali ku coba mengirim sms untuknya dan miliaran kali ku
menanyakan kabarnya kepada sahabat-sahabatnya seperti Almas dan Sari.
Suatu hari aku
dan Almas janjian bertemu disebuah kafe tongkrongan anak muda. Dia membawa
kabar gembira,tiba-tiba ia mengarahkan handphonenya kepadaku
“Lara.. mungkin
lo udah lama gak komunikasi sama dia, jadi..”
Tanpa pikir
panjang,akupun segera mengambil handphonenya dan menaruh di telingaku
“hallo? Ini Awan
kan???”
“hai Lara.. apa
kabar?”
“sumpah ini
Awan?? Kamu kemana aja? Aku kangen banget..”
“aku juga kangen
sama kamu”
“kapan kamu ke
surabaya? Ayo ke sini, aku pengen ngajak kamu dan temen-temen yang lainnya ke
tempat baru ke SCNM..”
“apa itu??”
“itu tempat
wisata baru di Surabaya namanya Surabaya carnival night market, serupa sama Bns
kok”
“iyaa nanti kita
kesana”
“oh ya
wan,kenapa aku sulit banget buat hubungin kamu??”
Tiba-tiba
telepon terputus. Aku pun mencoba menghubunginya lagi,tapi nomor teleponnya
tidak aktif kembali. Aku emosi dan bertanya pada Almas
“Almas! Kenapa
Awan matiin hp nya lagi?? Apa dia lagi gak ada pulsa atau hpnya rusak??”
“sebelum Sari
dan temen-temen datang ke sini,gue mau bilang sesuatu ke lo. Semestinya ini
rahasia.. Awan nyuruh gue buat ngerahasiain ini semua, tapi menurut gue,gue
harus ungkapin demi kebaikan bersama”
“oke! Ayo
ceritain semua rahasiamu sama Awan, please..!!”
“syaratnya, lo
gak boleh tanya atau komentar dengan pernyataan ini. Cukup dengerin aja ya..!”
Aku menganggukinya
“lo tau Sari itu
mantan Awan kan? Dia dulu sebenernya cewek berbadan gemuk,berkulit hitam dan
punya jerawat diwajahnya. Dia gadis yang minder dan sering di bully sama
temen-temennya. Dengan sekuat hati, Awan menekadkan diri ingin berpacaran dengan
Sari. Hari itupun juga mereka jadian, Sari terlihat bahagia sekali,walaupun
teman-temannya menghinanya tapi Awan cuek dan selalu memberi petuah untuknya.
Dia selalu menelepon atau sms Sari,bahwa dia harus bisa mengatur pola
makanannya,olahraga dan tidur tepat waktu. Sari pun selalu menurutinya,semakin
hari Sari berubah menjadi lebih baik. Dia terlihat cantik dan tidak gemuk lagi.
Mata laki-laki pun sudah mulai bisa menerima keberadaan Sari, sementara dia
berpacaran dengan Awan. Awan tahu kalau Sari menyukai Nico,anak kelas 12ips2.
Jadi Awan menyuruh Sari untuk segera pergi menempatkan hatinya kepada Nico.
Sari pun mendapatkan apa yang dia mau. Awan hanya ingin melihat orang yang
berubah lebih baik bisa bahagia.. jadi itu doang rahasianya”
Laras sudah tidak
bisa berkata-kata lagi. Matanya pedih berkaca-kaca. Lalu Almas mengatakan
sesuatu lagi
“sekarang kamu
sudah berubah jadi lebih baik kan?? Sekarang wajahmu bersih dan cantik
seperti
dulu kala.. seperti yang kamu mau.. jadi mungkin Awan bisa lebih tenang
sekarang..”
“aku boleh tanya
sekali aja??”
“iya boleh..”
“kenapa Awan
melakukan itu?”
Dengan
rasa shocknya Almas,ia bertingkah seperti ingin meyakinkanku
“mungkin dia ingin melihat sekelilingnya
selalu bahagia..”
Aku
bingung,sebenarnya apa yang terjadi dengan Awan. Semuanya seperti bersembunyi
dibalik punggungku yang takbisa kulihat jika aku tak berkaca.Suatu ketika,aku
dikejutkan oleh suatu hal yang seharusnya ku ketahui sejak awal. Awan sengaja
ingin berjauhan denganku karena ia takut membebani dan membuatku sedih kembali.
1 bulan
kemudian,ketika Awan telah kembali ke Surabaya. Niatnya adalah bersilaturahmi
dan berpamitan dengan saudara-saudara yang ada di Surabaya. Mungkin ia ingin
menetap tinggal di Bogor. Aku menatapnya dari jauh,ia duduk di taman dekat
rumahnya sembari di temani mantan kekasihnya,Sari. Setahuku, Sari dan Awan
putus karena Sari selingkuh dengan anak kelas lain dan kelihatannya Sari memang
lebih mencintai anak kelas lain itu, tapi ternyata Awan yang menyuruh Sari
untuk belajar mencintai orang lain dan berhubungan baik dengan orang lain. Saat
itu Sari hanya bisa menangis dan menurutinya. Sejak awal Sari tahu bahwa Awan
sebenarnya memiliki penyakit yang sewaktu-waktu bisa pulih dan fatal. Di taman
itu Awan tidur di bahu Sari, sambil meneteskan air mata. Sebelumnya Awan
mengatakan sesuatu pada Sari
“tolong suruh
Laras seperti apa yang aku suruh ke kamu dulu!”
“tapi dia cinta
banget sama kamu.. aku bisa lihat dari matanya.. bahkan dia terlalu sayang kamu..”
“tapi semestinya
dia bahagia sebelum aku pergi..”
Sari tak sanggup mengucapkan
apa-apa. Dia menangis saat itu juga sembari memegang kukuh tangan Awan. Mereka
seperti kakak-adik dan mereka memang menganggap diri mereka seperti itu. Saat
itupun Sari ditemani pacarnya yang berdiri tepat dibelakang Awan dan Sari,
kekasih Sari juga taksanggup membendung air matanya. Aku coba mendekati rumahnya
yang terlihat ramai oleh keluarga Awan yang sedang berkumpul bersilaturahmi. Di
sisi lain aku heran,mengapa persilaturahmian keluarga tidak ceria dan segembira
seperti semestinya. Di sudut lain,aku melihat Awan,aku ingin melangkah ke
arahnya, tiba-tiba langkahku terhenti oleh Almas. Dia mengatakan
“jangan temui
Awan sekarang!”
“lho kenapa? Aku
sama Awan deket banget sama halnya dengan kalian kok..”
“Awan.. harus
menata keadaannya..”
“maksudnya?”
“kamu gak ingin
hujan turun lebih cepat kan? Biarkan Awan yang menata dan menentukan
cuacanya..”
Almas memaksaku
untuk kembali pulang,ia mengantarkanku sampai rumah. Aku bingung dan sedih,aku
pun menanyakan sesuatu padanya
“terus kapan aku
bisa merasakan keteduhan Awan?”
“mungkin di lain
hari..”
Keesokan harinya,aku datang ke rumah
Awan lagi. Tapi sekarang rumahnya menjadi sepi dan kosong. Tiba-tiba
tetangganya menghampiriku
“nak.. cari Awan
ya? Awan lagi di rumah sakit”
“lho ada apa ya
bu? Awan dan keluarganya lagi jenguk nenek atau kakeknya sakit?”
“oh.. hmm...
mungkin begitu nak..”
Ibu itu seperti
menutupi sesuatu yang tidak harus ku ketahui.
Aku semakin takut dengan semua
pernyataan yang menyulitkanku. Aku kesal dengan semua ini,aku bertekad ke rumah
Sari dan menanyakan kabar Awan. Apa yang salah diantara kami,sehingga dunia
seperti memutuskan hubungan kami.
“Sari, bisa kamu
kasih tahu dimana keberadaan Awan sekarang? Tolong..”
“Lara.. jangan
pernah menyesali yang sudah terjadi ya..! dan sebelumnya kamu harus janji
akan
selalu menyayangi Awan,tidak membencinya sedikit pun. Tapi aku Cuma bisa kasih
tahu keberadaan Awan”
“iya Sari,aku
mengerti kok..”
Keesokan harinya, aku bergegas ke
rumah sakit dan ke ruangan yang telah tertulis dari Sari.
Sampai diruangan
itu,aku melihat keramaian keluarganya lagi. Setelah aku lihat-lihat ternyata
ada beberapa teman dekat Awan, Almas juga Sari telah ada disana. Aku pun
perlahan mendekati sosok yang terbaring lemah di kasur pucat itu. Perlahan Awan
juga menatap ke sosok yang sedang mendekatinya,dengan mengerahkan segala
kekuatannya ia memandang kedatanganku. Aku membisu tak sanggup menahan air
mataku yang mengalir terus menerus. Kupegang erat tangan Awan yang terlihat
sangat lemah,tidak seperti biasanya yang terlihat selalu kuat. Perlahan Awan
mengucapkan sesuatu untukku
“terimakasih
sudah mau berubah..” dengan senyuman lega di wajahnya yang pucat
“jadi..
prioritas kamu Cuma ingin aku berubah?”
“aku hanya
sebagai awan.. tempat teduhmu dikala panas menderamu”
“kamu tau.. kamu
itu pelipur lara untuk semua orang. Kamu yang selalu bisa menghibur disaat aku
sedih,kamu yang udah memusnahkan susah hatiku..”
“kalau aja
perasaan ini bisa aku musnahkan.. mungkin aku akan jadi pelipur rasa..”
Dengan sedikit
gurauan Awan yang menyedihkan
“aku sayang kamu
Awan..”
Aku mendekatkan
wajahku ke bahu Awan, dan Awan memegang erat tanganku,ia berkata lagi
“aku masih
ganteng kan? Walaupun wajahku membesar seperti moon face. Tapi ini efek obat
yang bisa ningkatin trombositku..”
Dia ingin
meyakinkan perasaanku walaupun kini fisiknya telah banyak berubah
“jalani aja
pengobatannya biar cepet sembuh.. biar makin ganteng, aku serius!”
Aku mencoba
mendukung dan menyemangati Awan sampai titik penghabisan.
Awalnya, aku mengira
Awan hanya terkena penyakit leukemia tapi mengapa aku terlambat mengetahui hal
yang sebenarnya. Dan setelah aku berkaca, pernyataan yang selama ini ada
dibalik punggungku ialah.. ternyata Ibunya yang ketika melahirkan Awan,telah
mengetahui tentang kehidupan Awan mendatang. Beliau pun menamai Awan dengan
nama ‘Lipur Lara’ agar selama hidupnya Awan dapat menghibur hati yang duka.
Semenjak SD Awan
terkena Leukemia,semua orang tahu tak terkecuali teman-temannya sehingga ia
dipanggil ‘Awan’, karena Awan suka menatap langit dan juga karna pribadi Awan
yang sangatlah baik. Semua teman-teman di Sekolah banyak yang kenal dan akrab
dengan Awan,karena mereka juga tahu tentang kehidupan Awan mendatangnya.
Makadari itu semua teman-teman berusaha melindungi Awan dibalik kepedulian mereka.
Kelas 11, Awan pindah sekolah diluar kota karena ia harus pengobatan dan
pemulihan dengan kemoterapi,di masa ini penyakitnya sedang memburuk. Awan dekat
dengan semua orang di Sekolah, karena mereka juga tahu tentang Awan. Mereka pun
selalu menuangkan segala kasih untuknya,contohnya saja ketika Awan memberikanku
topi sewaktu upacara. Seharusnya dia berdiri menghadap matahari untuk
menggantikan posisiku.
Tapi ia tidak,
ia malah berteduh di pos satpam. Semua orang,baik guru,siswa maupun satpam
dapat memahami kondisi Awan. Dan saat aku pulih dari tifus lalu kembali
bersekolah, Awan dan teman-teman memberiku kejutan untuk menyemangatiku. Namun
tiba-tiba Almas dan Sari menjauhkanku dari Awan, karena mereka tahu kalau Awan
akan mengalami pingsan dengan wajahnya yang mulai pucat kelelahan. Ia pun harus
segera ke rumah sakit,ibunya selalu menyiapkan mobil didepan gerbang Sekolah.
Awan mencoba mensugestikan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja,lalu ia
menghubungiku dan meyakinkanku dengan memberikan alasan lain padahal ia sedang
terbaring lemah diruang UGD.
Kejutan terburuk yang terakhir ialah, aku dan
teman-teman baru mengetahui kalau Awan terkena Lupus. Jenis penyakit lupus yang
dialami Awan ialah menyerang darah,karena itu ia diberi obat-obatan yang bisa meningkatkan
trombositnya. Namun, efeknya wajah Awan menjadi membesar (moon face) sehingga
terlihat seperti bukan Awan yang biasanya. Efek lainnya, saraf mata Awan
terkena, sehingga sisa penglihatannya tinggal lima persen. Kulitnya menjadi
keriput, di bibir tumbuh sariawan parah,kaki mengecil dan mukanya membengkak.
Kondisi kesehatan Awan semakin memburuk dari hari ke hari.
Lupus ialah
penyakit autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan) yang
dapat merusak bagian tubuh seperti kulit,sendi dan organ-organ dalam tubuh,
tapi bukan penyakit yang menular. Tanda dan gejala penyakit lupus cenderung
berlangsung lebih dari enam minggu bahkan bertahun-tahun. Lupus bukan penyakit
yang disebabkan oleh virus,kuman atau bakteri. Keterlibatan faktor genetik,hormon,
dan lingkungan diduga sebagai penyebab lupus. Lupus sulit didiagnosa karena
gejalanya yang mirip dengan penyakit umum lainnya, dan penyebab serta
pengobatan dari penyakit itu belum diketahui dengan pasti. Sebenarnya penyakit
ini lebih banyak diderita oleh wanita dan jarang terkena oleh laki-laki. Jadi
Awan ialah salah satu laki-laki yang menderita lupus.
Setelah itu Awan
meminta sesuatu kepadaku..
“Lara.. maksudku
Laras hatiku.. boleh aku minta kamu pergi buat beli roti bakar keju?”
“pagi-pagi
gini?? Hmm okaii! Tunggu sebentar ya..!”
..................
Setelah aku kembali ke rumah sakit,
Awan sungguh meninggalkanku lebih jauh lagi. Jauh hari Awan telah menyiapkan
tulisannya di setiap lembaran kertas yang ia sediakan untuk semua orang. Dalam
isi surat Awan..
“dulu aku juga
bukan orang yang supel dan bahagia. Aku tahu lupus bisa membunuhku kapan saja
sehingga aku memiliki kemungkinan meninggal yang lebih besar dibandingkan
dengan yang lain. Mungkin kesempatan hidupku tinggal hari ini, oleh karena itu
aku menyempatkan diri untuk selalu terlihat bahagia dan ingin membahagiakan
semua orang. Merubah hidup orang menjadi lebih baik dan tidak menyesal selama
hidupnya. Mensyukuri segala hal yang ada dalam hidup ini. Sepertinya mustahil
kalau aku menang dengan penyakit ini. Tapi aku selalu berusaha untuk terus
melanjutkan hidupku. Ini memang tidak mudah, penyakitku ini mudah datang dan
kembali membuatku sangat lemah dan sangat sulit ku lawan. Semoga kelak kita
semua dapat selalu bahagia dan tersenyum. Jangan sia-siakan waktu hidup. Waktu
siapa yang tahu kapan berhentinya.. aku sayang bunda dan ayah. Maafkan Awan,
kalau Awan hanya bisa menemani sampai disini. Buat semua teman-teman yang
selama ini selalu menjagaku, terimakasih.Terimakasih banyak untuk semua orang
yang sudah peduli dan memberikan kasih sayangnya untukku. Aku bisa menjalani
hari-hari yang indah lagi di tempat yang lain”.
Ia juga membuat
puisi yang indah untukku,yang bertuliskan
Laras Hati dan Lipur Lara
Cinta butuh
keselarasan
Membuat nyaman
Di kala
Lara,akan ada lipur hati
Raga akan mati
Tapi kasih
takkan mati
Awan akan
menghilang
Lara telah tiba,
tetaplah senang
Karena kita
telah menang
Dengan
keselarasan cinta kita
Yang akan
terkenang selamanya
Jangan lihat
langit dikala berawan
Tersenyumlah
dikala hujan
Aku menyayangimu..
Laras hatiku..
Semenjak itulah aku tak sanggup
melihat musim hujan. Tapi selalu ada pelangi setelah hujan,ada suka setelah
duka. Meskipun saat ini awan kelabu sedang menggantung dilangit-langitku, tapi
aku akan selalu berjuang menjalani hidup. Aku belajar dari setiap alur
kehidupan yang ku jalani. Mungkin seseorang bisa merubahku,tapi tak pernah bisa
merubah isi hatiku. Menurutku.. cinta sejati itu bukan dia yang telah kita
temui tapi dia yang tiba-tiba muncul memberikan segala ketulusannya. Mungkin
Tuhan telah mentakdirkan ini semua, aku harus menjalani,melalui dan
melewatinya.
Terimakasih..
Awan yang telah meneduhkan hatiku..
Terimakasih
hujan yang telah menghapus kerisauanku..
Makasih pelipur
laraku..
Aku selalu
merindukanmu..
Hello! makasih sudah baca :-). Ini karya cerpen
fiksi dari saya, Amanda Triandani. Maaf ya kalau ceritanya melankolis,tapi ini
tuntutan hehe. Aku mengambil tema dengan penyakit lupus, agar pengetahuan kita
dapat bertambah dengan memahami penyakit langka ini. Karena belum ditemukannya
obat untuk penyakit lupus dan juga gejalanya yang seperti penyakit pada
umumnya. Tapi aku sebenarnya terinspirasi dari pengalaman teman smpku, yang
telah tiada, dengan melawan penyakit lupus. Ia seorang wanita, ia meninggal
dimasa sekolahnya yang masih berusia 16 tahun. Padahal selama dua tahun satu
kelas dengannya (8 dan 9 smp) ia terlihat ceria dan sehat juga ia termasuk
dalam golongan gadis-gadis cantik dan ngetren di Sekolah,tapi takdir Tuhan
siapa yang tahu.. semoga teman saya beserta orang-orang yang telah menderita
lupus dan telah memenangkannya, segala amal ibadahnya dapat diterima oleh Allah
SWT. Oh ya.. aku juga cari-cari informasi dari blog orang-orang yang pernah
mengalami lupus dan berhasil melaluinya, Terimakasih telah berbagi kisah
hebatnya Ibu Dian Wahdhini Syarief dan Ibu Tiara Savitri (
fajar-ariyanto.blogspot.com). Cerpen
fiksi ini saya buat, tentunya agar kita dapat mengambil hikmah dan juga kita
harus mendukung serta menyemangati mereka yang sedang melawan Lupus, juga untuk
semua orang supaya lebih bersyukur dengan kehidupannya. Semangat menjalani
hidup ya...! hidup memang kejam. Jalani,lalui, dan lewati. Fighting!